Profesi Mulia
Oleh: Pikasa Retsyah | 19 March 2011 |
Profesi kesehatan, adalah profesi yang sangat mulia. Profesi yang menurut banyak orang, diminati hanya oleh orang-orang kaya, yang sudah tidak berminat akan gaji dan harta duniawi, dan bertekad menghabiskan sisa hidupnya untuk kemanusiaan.
Hanya sedikit manusia yang mampu benar-benar menjadi tenaga kesehatan, sesuai tuntutan profesi yang dianggap mulia itu, mungkin hanya satu diantara beberapa juta manusia yang sanggup.
Hanya sedikit manusia, yang mungkin mau membayar ratusan juta untuk masuk ke fakultas kedokteran (karena tidak diterima di jalur masuk yang murah), yang tidak berpikiran untuk mendapat pendapatan yang layak dengan biaya sekolahnya.
Hanya sedikit manusia, yang setelah masa kuliah yang panjang dan melelahkan secara fisik dan mental, bisa bersabar untuk tidak segera bekerja mencari nafkah karena direpotkan segala urusan birokrasi.
Hanya sedikit manusia, yang bisa tidak mengeluh, setelah lulus dari fakultas favorit dengan ujian masuk tersulit, tapi masih dianggap tidak kompeten dan masih harus melalui berbagai pembuktian kompetensi yang bukan hanya menghabiskan waktu yang tidak sebentar, tapi juga biaya yang tidak sedikit, sementara teman-teman smanya dulu yang memilih jurusan yang ujian masuknya lebih mudah, sudah bekerja dan bisa dibilang lebih mapan.
Hanya sedikit manusia, yang mampu ditempatkan ke tempat antah berantah, dengan alasan kewajiban kemanusiaan, dengan gaji yang digembar-gemborkan besar (meskipun kenyataannya tidak sampai 30% yang menerima gaji sebesar itu) tapi disuruh berpuasa dulu karena gaji itu baru akan turun entah setelah bulan kesekian.
Hanya sedikit manusia, yang mampu bersabar menjadi tumbal pemerintah, yang tidak sadar bahwa pengobatan murah untuk rakyat itu harusnya dicapai dengan mensubsidi honor tenaga kesehatan, bukannya menginjak-injaknya jadi serendah mungkin dan kemudian setelah ditunggak lama masih dibayar sebagiannya saja.
Hanya sedikit orang, yang mampu ikhlas menerima tudingan malpraktik, meskipun tidak ada yang pernah tahu seberapa berat dia bekerja tanpa tidur, sebelum akhirnya dia melakukan kesalahan yang mungkin sebenarnya manusiawi untuk seorang manusia biasa yang bisa lelah, tapi tidak boleh dilakukan seorang tenaga kesehatan yang haruslah seperti malaikat yang tanpa cela.
Hanya sedikit manusia, yang mampu menahan lelahnya dan dibangunkan tengah malam, karena setiap orang sakit, meskipun itu hanya gatal-gatal,adalah pasien darurat yang harus ditangani saat itu juga.
Hanya sedikit manusia, yang mampu bersabar saat menerima pasien, yang mungkin sudah membayar berpuluh-puluh atau bahkan ratusan juta ke pabrik rokok untuk membeli penyakit, tapi tidak mau mengeluarkan sepeser pun untuk membayar pengobatan, malah menuduh tenaga kesehatan itu adalah makhluk penghisap darah yang mencari keuntungan dari penderitaan orang lain,tanpa sadar pihak mana yang sebenarnya mengambil keuntungan dan membuat dia sakit seperti itu.
Hanya sedikit orang, yang mampu bekerja di klinik swasta, dengan honor ribuan bahkan ratusan rupiah per pasiennya, tapi dapat dituntut ratusan juta apabila terjadi alergi obat (yang kalau dilihat komponen katanya adalah “alergi” yang berasal dari kekebalan tubuh pasien dan “obat” yang diproduksi oleh pabrik obat, tenaga kesehatan sendiri bisa dibilang hampir tidak punya peran dalam alergi obat tersebut).
Hanya sedikit orang, yang bisa menerima keadilan media, dalam memberitakan kasus dugaan malpraktek secara besar-besaran, sementara saat teman sejawatnya meninggal tenggelam saat bertugas ke pedalaman,hanya ditulis di kolom kecil yang pasti tidak menarik perhatian.
http://nasional.kompas.com/read/2009/01/17/02314622/tiga.dokter.ikut.tenggelam.di.perairan.papua
Sedikit sekali orang yang mampu untuk menjadi tenaga kesehatan ideal di Indonesia dengan segala kondisi yang sudah saya paparkan tadi, tapi sayangnya, kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia sangat besar sehingga banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi tenaga kesehatan, dan kaget begitu mengetahui konsekuensi seperti yang saya sebutkan di atas. Jadi bila anda memutuskan ingin menjadi tenaga kesehatan, pastikan anda mampu menerima semua konsekuensi itu tanpa mengeluh. Semoga Indonesia bisa semakin baik di masa depan.