
Sahabat Pena..
Melalui sepucuk surat saling kenal mengenal..
Melalui sepucuk surat saling berkirim kabar..
Melalui sepucuk surat saling rindu merindu..
Hangat..
Akrab..
Terasa dekat..
Walau nyatanya..
Tak pernah sekalipun bertatap muka dengannya..
Majalah Bobo..
Mmm..
Waktu masih duduk di bangku SD menjadi salah satu majalah favoritku selain majalah Ananda dan Aku Anak Saleh.. Ada satu hari dalam seminggu dimana aku tak sabar menunggu lonceng pulang berbunyi, cepat-cepat segera sampai di rumah, menunggu Papa pulang dari kantor membawakan majalah Bobo untukku dan adikku.. Senang sekali rasanya.. Dan tak perlu sampai berhari-hari untuk membaca tuntas majalah anak-anak itu..
Dan ada satu hari dimana aku sangat tertarik dengan sebuah puisi dalam Rubrik Puisi majalah kesayanganku itu. Aku lupa judulnya. Yang jelas, aku yang kala itu sudah mencoba-coba menulis puisi, merasa tertarik dengan puisi yang dikirim oleh salah seorang pembaca ciliknya Bobo. Dari seorang murid kelas 5 SD di Jakarta. Satu tahun lebih tua dariku. Entah karena tertarik dengan pelajaran menulis surat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan wali kelasku atau karena Bobo yang kali pertama memperkenalkan kata "korespondensi" atau "sahabat pena" kepadaku, maka dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi (halahh..), aku mulai melayangkan surat perkenalanku yang pertama pada gadis kecil itu..
Gayung bersambut..
Hingga beberapa bulan ke depan, ada satu hari dimana aku begitu tak sabar menunggu Pak Pos mengetuk pintu rumahku, untuk mengantarkan surat dari sahabat penaku. Terutama beberapa hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kartu Lebaran yang dikirimkannya setiap tahun adalah kartu lebaran terunik yang pernah kulihat, dibandingkan kartu lebaran "standar" yang dikirim oleh para kerabatku. He he.. Dan bukan hanya itu, yang membuatku selalu takjub adalah perangko yang tertempel di sudut kanan atas suratnya. Perangko terunik yang pernah kulihat dibandingkan perangko "standar" berbentuk petak dengan gambar kepala negara yang berkuasa saat itu.. He he.. Pikiran kanak-kanakku yang masih lugu selalu menganggap anak-anak ibu kota itu lebih hebat dan lebih keren dibanding anak-anak daerah sepertiku (nyatanya emang iya, waktu itu kan belum ada otonomi daerah.. nyambung gak sih..? He he) hingga perangkonya aja selalu yang terbaru, berbentuk segitiga bahkan pernah berbentuk bundar, dengan gambar beraneka rupa, bukan hanya gambar bapak Presiden dengan kopiah di kepalanya itu.. :p
Mungkin dari sinilah hobi filateli-ku dimulai. Tapi di kemudian hari aku juga menemukan fakta bahwa perangko dari Belanda juga tak kalah membosankannya. Ratu Wilhelmina melulu.. He he..
Itulah sejarah singkat tentang seorang sahabat penaku. Sebenarnya aku juga berkirim surat dengan anak-anak dari daerah lainnya. Tapi dengan Mbak yang satu ini yang paling berkesan, karena dengannya aku memiliki rekor terlama berkirim surat. Surat-suratnya mulai jarang datang sejak aku sudah duduk di bangku kelas 1 SMU. Mungkin surat sudah tergeser kedudukannya oleh surat elektronik alias e-mail kali ya..? Bahkan sejak kelas 2 SMU tak ada lagi surat yang kukirim maupun yang kuterima..
Perlu digarisbawahi di sini, selama persahabatan (pena) kami, aku hanya memiliki satu foto dari Mbak ini, itupun hanya foto ketika dia masih berusia 3 tahun..! Foto lainnya hanya foto seorang anggota band Def Leppard, band yang digandrungi Mbak ini kala itu.
Waktu berlalu..
Ada satu hari di mana aku iseng mengetik nama Mbak itu pada "mesin pencari" Google. Dan dia ternyata ada di Facebook. Aku yang pada mulanya membiarkan saja "undangan" bergabung di Facebook dari beberapa teman-ku (ups..! sori ya friend, bukan maksud ane buat nyuekin. I luv u all.. Peace..!), pada akhirnya dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun, aku Sign Up juga ke Facebook.. Karena ada Mbak ini..! Pepatah menyebutnya sebagai "Ada udang di balik bakwan.. eh, di balik batu..!" He he.. *nyambung gak sih..?*
Untuk Mbak T, sahabat pena masa kecilku..
Gambar diambil dari sini.
Mmm..
Waktu masih duduk di bangku SD menjadi salah satu majalah favoritku selain majalah Ananda dan Aku Anak Saleh.. Ada satu hari dalam seminggu dimana aku tak sabar menunggu lonceng pulang berbunyi, cepat-cepat segera sampai di rumah, menunggu Papa pulang dari kantor membawakan majalah Bobo untukku dan adikku.. Senang sekali rasanya.. Dan tak perlu sampai berhari-hari untuk membaca tuntas majalah anak-anak itu..
Dan ada satu hari dimana aku sangat tertarik dengan sebuah puisi dalam Rubrik Puisi majalah kesayanganku itu. Aku lupa judulnya. Yang jelas, aku yang kala itu sudah mencoba-coba menulis puisi, merasa tertarik dengan puisi yang dikirim oleh salah seorang pembaca ciliknya Bobo. Dari seorang murid kelas 5 SD di Jakarta. Satu tahun lebih tua dariku. Entah karena tertarik dengan pelajaran menulis surat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan wali kelasku atau karena Bobo yang kali pertama memperkenalkan kata "korespondensi" atau "sahabat pena" kepadaku, maka dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi (halahh..), aku mulai melayangkan surat perkenalanku yang pertama pada gadis kecil itu..
Gayung bersambut..
Hingga beberapa bulan ke depan, ada satu hari dimana aku begitu tak sabar menunggu Pak Pos mengetuk pintu rumahku, untuk mengantarkan surat dari sahabat penaku. Terutama beberapa hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kartu Lebaran yang dikirimkannya setiap tahun adalah kartu lebaran terunik yang pernah kulihat, dibandingkan kartu lebaran "standar" yang dikirim oleh para kerabatku. He he.. Dan bukan hanya itu, yang membuatku selalu takjub adalah perangko yang tertempel di sudut kanan atas suratnya. Perangko terunik yang pernah kulihat dibandingkan perangko "standar" berbentuk petak dengan gambar kepala negara yang berkuasa saat itu.. He he.. Pikiran kanak-kanakku yang masih lugu selalu menganggap anak-anak ibu kota itu lebih hebat dan lebih keren dibanding anak-anak daerah sepertiku (nyatanya emang iya, waktu itu kan belum ada otonomi daerah.. nyambung gak sih..? He he) hingga perangkonya aja selalu yang terbaru, berbentuk segitiga bahkan pernah berbentuk bundar, dengan gambar beraneka rupa, bukan hanya gambar bapak Presiden dengan kopiah di kepalanya itu.. :p
Mungkin dari sinilah hobi filateli-ku dimulai. Tapi di kemudian hari aku juga menemukan fakta bahwa perangko dari Belanda juga tak kalah membosankannya. Ratu Wilhelmina melulu.. He he..
Itulah sejarah singkat tentang seorang sahabat penaku. Sebenarnya aku juga berkirim surat dengan anak-anak dari daerah lainnya. Tapi dengan Mbak yang satu ini yang paling berkesan, karena dengannya aku memiliki rekor terlama berkirim surat. Surat-suratnya mulai jarang datang sejak aku sudah duduk di bangku kelas 1 SMU. Mungkin surat sudah tergeser kedudukannya oleh surat elektronik alias e-mail kali ya..? Bahkan sejak kelas 2 SMU tak ada lagi surat yang kukirim maupun yang kuterima..
Perlu digarisbawahi di sini, selama persahabatan (pena) kami, aku hanya memiliki satu foto dari Mbak ini, itupun hanya foto ketika dia masih berusia 3 tahun..! Foto lainnya hanya foto seorang anggota band Def Leppard, band yang digandrungi Mbak ini kala itu.
Waktu berlalu..
Ada satu hari di mana aku iseng mengetik nama Mbak itu pada "mesin pencari" Google. Dan dia ternyata ada di Facebook. Aku yang pada mulanya membiarkan saja "undangan" bergabung di Facebook dari beberapa teman-ku (ups..! sori ya friend, bukan maksud ane buat nyuekin. I luv u all.. Peace..!), pada akhirnya dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun, aku Sign Up juga ke Facebook.. Karena ada Mbak ini..! Pepatah menyebutnya sebagai "Ada udang di balik bakwan.. eh, di balik batu..!" He he.. *nyambung gak sih..?*
Untuk Mbak T, sahabat pena masa kecilku..
Gambar diambil dari sini.